Home » Catatan Perjalanan dari 20 Negara. Explore, Enjoy and Repeat

Catatan Perjalanan dari 20 Negara. Explore, Enjoy and Repeat

explore enjoy and repeat

Sebuah Catatan Perjalanan dari 20 Negara ini rasanya nano-nano. Saya ngga nyangka, Kak Yani (penulis buku ini) ternyata mengalami begitu banyak hal dalam petualangannya di 20 Negara. Saya pikir pergi keluar negeri tuh ya kita akan mengalami hal-hal yang indah saja, lalu dikenang dengan manis karena tidak bisa setiap waktu pergi kesana.

Namun justru di sana nilai lebih dari buku ini. Saya terpukau dengan berbagai macam cerita yang kak Yani tuliskan dalam buku ini.

Lho ternyata di sana begitu toh?

Eh kok begini?

Wah, ternyata begitu ya…

Begitulah kira-kira tanggapan saya setiap menyelesaikan satu per satu cerita dalam buku Catatan Perjalanan dari 20 Negara : Explore, Enjoy and Repeat.

Review Buku Catatan Perjalanan dari 20 Negara Oleh Yani Lauwoie

Beruntung banget kemarin berhasil mendapatkan buku ini gratis dari penulisnya langsung, kak Yani Lauwoie, karena berhasil jadi penanya terbaik di salah satu event blogger. Salah satu hadiah yang akan saya simpan baik-baik karena baik dari penulis, isinya dan tema yang diangkat di dalamnya adalah kesukaan saya.

Jadi buku karya kak Yani ini berisi tentang catatan beliau selama berjalan-jalan ke 20 Negara di dunia.

yang namanya jalan-jalan ke luar negeri tentu penuh dengan pengalaman baru yang “gado-gado”. Kamu tidak akan bisa menebaknya—hanya bisa menjalani dan menikmati. Bahkan di balik foto-foto cantik nan instagramable, ada banyak cerita yang sering jauh lebih menarik, dan datang tanpa terduga, baik itu yang bikin cekakan, berurai air mata, gedebukan, hingga deg-degan. Kenikmatan jalan-jalan ada pada pertemuan dengan hal-hal yang tak terduga itu. -Explore, Enjoy and Repeat-

Kalau biasanya saya banyak menemukan kebahagiaan dan cerita-cerita membahagiakan sebuah perjalanan, catatan Kak Yani ini rasanya seperti gado-gado, karedok, atau apalah itu yang menggambarkan bahwa hidup itu ngga hanya senang-senang melulu. Bahkan ketika kita merencanakan liburan, pasti ada saja drama di dalamnya.

Explore, Enjoy and Repeat juga memberikan banyak informasi pada saya. Bukan hanya tentang budaya yang berbeda, tapi juga berhasil membawa saya pada sudut pandang yang lain dari orang-orang di belahan dunia lainnya.

catatan perjalanan dari 20 negara

Jangan Fanatik Buta

Salah satu cerita yang membekas adalah cerita berjudul I am from Indonesia. Ketika kak Yani menginjakkan kaki di Australia pada 2015, tepat dua hari setelah eksekusi mati terhadap duo Bali Nine (warga Negara Australia) dilakukan karena kasus Narkoba.

Saat itu Kak Yani was-was juga, bagaimana kalau orang-orang mengenalinya sebagai bangsa Indonesia? Apakah mereka akan mengamuk? Persis saat itu Kak Yani sedang berjalan-jalan di sekitar Darling Harbour, Sydney. Kemudian ada bapak-bapak yang menanyakan pada Kak Yani, darimana asalmu?

Lalu Kak Yani meminta Bapak tersebut menebak.

Dari Thailand ya?

Ada pergolakan dalam hati Kak Yani, ngaku ngga ya ngaku ngga ya? Wkwkwk..

“Jangan bilang dari Indonesia,” pungkas sang Bapak-bapak.

“Iya betul saya dari Indonesia.” jawab kak Yani akhirnya.

Bagaimana reaksi orang tersebut?

Tidak seperti yang dikhawatirkan kak Yani, orang tersebut sama sekali tidak berubah mimik wajahnya. Sedari awal beliau tetap ramah pada kak Yani. Beliau malah mengatakan bahwa Kak Yani tidak seperti orang Indonesia. Karena biasanya orang Indonesia banyak yang seperti orang Tiongkok.

Kak Yani pun menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam, karena itulah wajah orang Indonesia pun tidak seragam.

Bapak-bapak yang bernama Bob tersebut akhirnya menyinggung juga persoalan tentang eksekusi Bali Nine. Kak Yani juga menceritakan bagaimana khawatirnya beliau, hingga Bob pun akhirnya mengatakan :

Kamu tidak perlu khawatir, itu kan bukan salahmu. Saya paham bahwa hal ini adalah masalah pelik. Kalau pemerintahmu membebaskan warga kami dari hukuman mati pasti akan ada protes. Ini memang masalah yang pelik. 

Bahkan selama kak Yani berada di sana selama dua minggu tidak ada sentimen apapun yang dialami. Kak Yani baik-baik saja.

Inilah yang kemudian mengubah sudut pandang saya. Tak terasa saya dulu juga pernah bersikap buruk terhadap warga negara lain gara-gara negara asalnya punya “masalah” dengan kita hehe. Sungguh tidak bijak ya memang.

Belajar dari Explore, Enjoy and Repeat bahwa penting banget punya open minded itu. Sudut pandang yang luas, ngga mudah membenci orang lain, tidak mudah menyalahkan orang lain karena berbeda pendapat, jangan fanatik yang membutakan. Gimana tuh fanatik buta?

Maksudnya adalah ketika kita menutup mata atas segala kesalahan yang diperbuat, tapi masih dibelain mati-matian, ngotot kalau yang kita bela tidak bersalah dengan alasan apapun. Begitulah fanatik buta. Beruntungnya jika kita punya pemikiran yang lebih terbuka dan tidak mudah menebar kebencian pada orang lain.

Dilema Self Service

Beberapa kali kak Yani menuliskan dalam bukunya bahwa di beberapa negara yang telah dikunjunginya, kebanyakan pusat perbelanjaan, kios, bahkan hingga hotel sekalipun sudah menggunakan self service lho!

Ini sebenarnya lebih praktis dan juga lebih efisien meskipun memerlukan adaptasi terlebih dahulu. Menghemat tenaga kerja serta waktu yang diberikan untuk pelayanan menjadi salah satu keuntungan bagi pemiliknya. Namun bagaimanapun berbeda banget rasanya dilayani oleh mesin dan dilayani oleh manusia. Kalau mesin sekali salah ya salah, kita perlu langkah yang tepat agar transaksi atau perintah yang kita berikan berhasil.

Namun yang membuat saya ragu-ragu adalah : pastinya kelak manusia tidak membutuhkan lagi tenaga kerja. Akhirnya lapangan pekerjaan berkurang, pengangguran meningkat. Lalu hal ini akan menjadi efek domino yang panjang.

Sejauh ini sih di Indonesia sepertinya belum cocok untuk diterapkan self service. Boro-boro self service ya, bahkan untuk memulai membereskan makanannya sendiri di salah satu restoran cepat saji saja banyak banget yang masih tidak mematuhi aturan restoran tersebut.

Suatu ketika saya pernah nih makan di salah satu restoran cepat saji. Pesan makan sendiri, duduk, lalu makan. Setelah selesai ada informasi di setiap meja makan bahwa setelah makan kita “harusnya” membuang seluruh sampah maupun sisa makanan kita ke tempat yang telah disediakan.

Apa yang terjadi? Tentu saja tidak semua mematuhi aturan restoran tersebut. Sisa makanan ditinggalkan begitu saja di atas meja, lalu ditinggal pergi. Kalau pegawainya baikan sih akan dibereskan, tapi kalau pas ramai, karena pegawai merangkap juga sebagai kasir, ya jelas pengunjung berikutnya yang membuang sisa makanan dan sampah di meja yang telah ditinggalkan orang tidak bertanggung jawab tersebut.

Huh kesel kan. Gini mau self service, ya ampun jauh banget!

Penutup

Ada banyak sekali pelajaran dari buku Catatan Perjalanan dari 20 Negara ini dan sepertinya saya tidak bisa menyebutkan satu per satu di sini kan. Makanya yuk belii bukunya hehe.. Teman buku bisa membelinya lewat Gramedia Digital (buat yang malas pegang buku fisik) atau bisa juga di toko buku kesayangan terdekat.

Dijamin hari-harimu akan terhibur dengan buku ini. Tentu saja tidak sekadar menghibur tapi juga memberikan edukasi serta informasi yang bisa kita jadikan rujukan ketika ingin berkunjung ke salah satu negara yang telah dikunjungi kak Yani dalam buku ini.

 

Judul buku : Explore, Enjoy & Repeat. Catatan Perjalanan dari 20 Negara oleh Yani Lauwoie.

Diterbitkan oleh Gramedia Widiasarana Indonesia

Cetakan 1 September 2019, 200 halaman

ISBN : 978-6020-520179

Baca buku pilihan lainnya di sini yuk!