Home » Review Pasta Kacang Merah Karya Durian Sukegawa

Review Pasta Kacang Merah Karya Durian Sukegawa

novel pasta kacang merah

Obatnya didatangkan dari Amerika. Tapi penyakit itu meninggalkan sisa, contohnya jari-jariku ini.

Tokue mengucapkan kalimat tersebut dengan santai. Jari-jarinya memang bengkok, tidak seperti jari normal manusia lain pada umumnya. Orang lain pasti akan melihatnya seperti orang yang terlahir dengan jari bengkok. Namun, siapa sangka ternyata jari-jari bengkoknya itu adalah karena penyakit yang dahulu dideritanya.

Agak ngeri sih memang membayangkan seperti apa jari-jari bengkok karena penyakit itu. Apalagi judul novelnya Pasta Kacang Merah, jelas kita akan membayangkan hal-hal manis seperti pasta kacang merah kan? 

review novel pasta kacang merah

Ternyata dalam novel Pasta Kacang Merah karya Durian Sukegawa ini banyak hal tersimpan dan memberikan banyak pelajaran, khususnya pada saya. Simak yuk review Pasta Kacang Merah ala pilihbuku.com berikut.

Sinopsis Pasta Kacang Merah

Seorang pemuda bernama Sentaro merasa dirinya gagal menjalani kehidupan. Siapa sangka di balik pekerjaannya yang melibatkan kudapan manis berupa dorayaki tersebut ia memiliki catatan kriminal yang menurut lingkungan mereka, bahkan keluarganya, tidak bisa dimaafkan.

Oleh karena itu tak heran jika Sentaro akhirnya sulit meninggalkan kebiasaan minum alkohol. Serta ia juga harus merelakan impiannya menjadi penulis. Seiring waktu, impiannya tersebut juga semakin pudar.

Sentaro menghabiskan hari-harinya yang katanya “tak berharga lagi” itu dengan kegiatan monoton di sebuah kedai dorayaki yang berada di bawah pohon sakura yang pasti berubah seiring dengan pergantian musim. Kadang kelopak bunganya berjatuhan karena sedang bermekaran, kadang meranggas, kadang pula tak berbunga.

Namun di antara kegiatan Sentaro yang membosankan itu segalanya berubah ketika seorang wanita tua bernama Tokue, dengan jemarinya yang aneh bentuknya itu datang ke kehidupan Sentaro.

Akhirnya mereka berdua menjadi dekat, bahkan bersahabat sejak Tokue memberikan ilmunya tentang pembuatan pasta kacang merah pada Sentaro. Tokue mewariskan pengalaman lima puluh tahunnya membuat pasta kacang merah dengan metode pengajarannya yang terbilang “aneh”.

Namun, di tengah kesuksesan mereka berdua menjual dorayaki yang punya ciri khas pasta kacang merah yang unik, tekanan dari masyarakat terhadap kondisi Tokue mulai mengungkap rahasia gelap yang terjadi pada wanita tua itu di masa lalu, yang sengaja ia simpan rapat-rapat agar tak seorang pun tahu. Namun ternyata rahasia itu menuntut harga yang sangat mahal.

Review Pasta Kacang Merah Karya Durian Sukegawa

review novel pasta kacang merah

Ketika membaca novel ini di beberapa bab awal, saya merasa ini akan jadi seru dan ceritanya kompleks. Meskipun hanya melingkupi toko Dora Haru yang menjual dorayaki. Tapi ternyata tidak sekompleks itu hehehe. 

Namun tetap saja, justru ceritanya yang sederhana inilah yang membuat kisah Pasta Kacang Merah jadi kisah yang hangat dan cocok dibaca oleh siapapun.

Apalagi ketika membahas tentang masa lalu Tokue yang menjadi penyintas penyakit Hansen atau yang saat ini dikenal sebagai penyakit Lepra/Kusta.

Melalui Pasta Kacang Merah, saya jadi tahu bahwa zaman pasca perang dunia, saat Jepang kalah, penyakit Hansen menjadi salah satu penyakit yang merebak dengan sangat cepat di sana. Lalu Pemerintah Jepang saat itu memberlakukan peraturan agar orang-orang dengan penyakit tersebut untuk diasingkan di senatorium, di salah satu sudut kota Jepang.

Mereka yang harus berpisah dengan keluarganya itu harus dihapus dari Kartu Keluarga, harus berganti nama, dan tidak boleh keluar dari area senatorium hingga batas waktu yang saat itu belum ditentukan. Bahkan pakaian yang melekat di tubuh mereka tidak diperkenankan untuk dibawa. Semuanya harus dibakar dan penyintas diberi pakaian baru dengan motif garis-garis seperti tahanan.

Mereka hanya diberi dua pasang selama 6 bulan. Setelah itu baru akan mendapat ganti baju yang baru dan dijanjikan lebih layak. Padahal mereka harus melalui musim dingin, musim panas dan dua musim lain. Agak tidak manusiawi kan kalau hanya diberi dua baju yang seragam? Bagaimana jika mereka kepanasan saat musim panas? Bagaimana jika kedinginan saat musim dingin?

Bahkan dikisahkan dalam Pasta Kacang Merah, jika terjadi kebakaran di senatorium pun mereka harus berusaha menyelesaikannya sendiri. Karena pemadam kebakaran pun takut untuk singgah kesana dan memadamkan apinya. Sungguh diskriminasi yang sangat luar biasa. Padahal para penderita penyakit Hansen tersebut juga manusia yang masih punya hak hidup dan merdeka.

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dari benak saya tentang Tokue, tokoh wanita tua yang diceritakan punya pengalaman 50 tahun sebagai pembuat pasta kacang merah. Ternyata sejak umur 14 tahun, Tokue sudah harus dipisahkan dengan keluarganya dan menjalani hidup di Senatorium bersama orang-orang baru yang tak dikenalnya. Ia harus bertahan hidup, belajar dengan relawan guru, juga membuat kudapan sendiri karena mereka tidak boleh keluar dari area isolasi.

Jadi apapun harus dilakukan sendiri. Sekolah? Mereka harus menjadi guru untuk anak-anak yang dinyatakan terinfeksi. Bahan makanan dari Pemerintah habis? Mereka pun harus mengusahakan sendiri bagaimana cara mendapatkannya dari hutan yang masih alami di dekat senatorium tersebut.

Intinya, Tokue yang saat itu sudah bisa keluar dari senatorium karena Undang-Undang tentang Penyakit Hansen dihapuskan, ingin sekali bisa berinteraksi dengan orang luar dan bisa berguna untuk masyarakat. Oleh karena itulah ia tak ragu untuk mengajari Sentaro membuat pasta kacang merah yang enak. Hingga suatu ketika Tokue harus sadar diri bahwa stigma negatif masyarakat tentang penyakit tersebut belum hilang. 

Rasanya nyesss banget, membandingkan dengan kebijakan Indonesia terhadap orang-orang dengan Lepra/Kusta rasanya sungguh jauh berbeda. Bersyukur di Indonesia, rasa sosial dan empati masih tinggi sehingga penderita tidak harus mengalami diskriminasi seekstrem itu. Bahkan untuk diterima kerja saja mereka tidak bisa.

review novel pasta kacang merah

Edukasi yang diberikan oleh Durian Sukegawa dalam Pasta Kacang Merah ini membuat hati kita hangat. Karena kita pasti akan ikut bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan pada kita selama ini. Nikmat kesehatan, kesempurnaan anggota tubuh, bisa berkumpul dengan keluarga kapanpun kita mau, juga kemerdekaan untuk melakukan apapun.

Undang-Undang tentang penyakit ini di Jepang mungkin sudah dihapuskan, tapi mereka yang kehidupannya sudah “direnggut” jelas tidak akan bisa kembali ke keluarga mereka. Bahkan untuk ikut terjun ke tengah masyarakat saja mereka masih mendapatkan sentimen negatif dan juga perspektif sempit bahwa mereka akan menularkan penyakitnya dengan sangat mudah. Padahal kebanyakan di antara mereka sudah dinyatakan sembuh karena obat dan teknologi modern yang Jepang kembangkan untuk kemanusiaan.

Jika apa yang diceritakan dalam novel ini adalah fakta saat ini, rasanya tidak adil dan sungguh senatorium seperti neraka yang menjelma bak tempat pengungsian yang indah karena dikelilingi hutan dan tanaman tinggi yang asri serta semua serba tersedia di sana. Namun tetap saja, tidak ada yang lebih membahagiakan jika bisa berkumpul dengan keluarga dan bebas pergi kemana saja untuk melakukan apapun yang membuat mereka bahagia.

Untuk teman-teman yang saat ini tinggal di Jepang mungkin bisa berbagi insight nih soal penyakit ini dan apakah benar senatorium untuk orang-orang dengan penyakit Hansen/Lepra/Kusta ini masih ada?

Semoga review Pasta Kacang Merah ini bermanfaat untuk teman-teman yaa! Oh iya, saya juga menyadur resep pasta kacang merah ala Tokue di postingan berikut, untuk menambah pengetahuan teman-teman yang hobi baking dan ingin membuat dorayaki atau bakpao dengan isian pasta kacang merah nih. 

Jangan lupa baca review buku-buku menarik lainnya di sini yuk!

 

First published in Japan in 2013 by POPLAR Publishing.

Penerjemah : Asri Pratiwi Wulandari

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2022.

Cetakan ke-8, Juli 2024.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *