Home » Funiculi Funicula Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap

Funiculi Funicula Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap

funiculi funicula

Funiculi Funicula kedua akhirnya kelar juga nih, karya Toshikazu Kawaguchi memang senyandu itu. Saya membacanya sambil berolahraga, sambil menunggu jam belajar di pagi hari, sampai sambil masak pun saya bawa novel satu ini. Saking penasarannya!

Bagian kedua dari novel pertama, Before The Coffe Gets Cold ini akhirnya selesai dalam waktu dua hari saja huhu, merasa super singkat dan ngga rela harus berakhir. Funiculi Funicula dengan tajuk Kisah-Kisah yang Baru Terungkap ini ternyata ngga kalah serunya dengan novel yang pertama.

Kisah-Kisah yang Baru Terungkap di Funiculi Funicula

Seperti yang sudah saya bahas di Review Funiculi Funicula Before The Coffee Gets Cold, kali ini mungkin saya spill aja deh ya syarat bagaimana kita bisa kembali ke masa lalu melalui kedai kopi kecil tersebut.

Syarat Kembali Ke Masa Lalu di Funiculi Funicula

Kita memang bisa kembali ke masa lalu, tapi ada peraturan-peraturan yang menurut banyak orang menjengkelkan dan bahkan sia-sia untuk dilakukan. Namun nyatanya masih ada saja yang punya keinginan kuat untuk kembali ke masa lalu meskipun tak bisa mengubah kenyataan di masa depan.

Mereka ingin mereka lah yang berubah, bukan dunia yang di sekitarnya. Setidaknya, mereka akan menjalani hidup dengan tekad dan semangat yang baru, lebih optimis dan positif.

Oh iya, berikut adalah syarat kembali ke masa lalu di kedai kopi kecil Funiculi Funicula :

  1. Orang yang bisa ditemui di masa lalu hanyalah orang yang pernah datang ke kafe tersebut. Kita bisa kembali ke masa lalu tapi jika orang yang ingin kita temui tak pernah mengunjungi kafe tersebut, maka kita tidak akan bisa menemuinya.
  2. Seberapa keras pun kita berupaya di masa lalu, kita tidak akan bisa mengubah kenyataan di masa kini.
  3. Kita harus duduk di kursi tertentu untuk kembali ke masa lalu. Namun, kursi tersebut telah diduduki oleh seseorang. Kita hanya bisa duduk di situ ketika orang tersebut meninggalkan kursi untuk pergi ke toilet, dan ia selalu ke toilet satu kali sehari tapi tak ada yang tahu kapan tepatnya.
  4. Ketika berada di masa lalu, kita tidak boleh meninggalkan kursi tersebut. Jika beranjak dari situ, kita akan ditarik paksa kembali ke masa kini. Karena itu, saat berada di masa lalu pun kita tidak bisa keluar dari kafe.
  5. Kita hanya bisa kembali ke masa lalu setelah kopi dituangkan ke cangkir, dan waktu kunjungannya hanya sampai sebelum kopinya dingin. Selain itu, tidak sembarang orang dapat menuangkan kopi tersebut. Yang bisa melakukannya hanyalah Kazu Tokita.

Menjengkelkan ya? Kalau saya sih mending ngga usah kembali ke masa lalu. Tapi tidak akan jadi cerita kalau orangnya seperti saya tentu saja wkwkwk..

Banyak cerita menarik di edisi kedua ini, dan banyak hal yang terungkap ketika di jilid pertama masih menjadi teka-teki. Cocok dengan judulnya memang, Kisah-Kisah yang Baru Terungkap.

Mengambil Pelajaran dari Pengrajin Tembikar yang Nyaris Bunuh Diri

funiculi funicula

Menurut saya sih semua ceritanya sangat menyentuh hati dan relate dengan kehidupan kita di Indonesia yang serba sulit ini. Tapi tentu saja saya ngga bisa ceritakan semua. Jadi saya ambil satu tentang seorang pengrajin tembikar yang akhirnya mengurungkan niatnya untuk bunuh diri setelah kembali ke masa lalu.

Jadi si Yukio ini punya cita-cita jadi pengrajin tembikar dan memiliki studio sendiri. Namun long short story, dia ditipu dan akhirnya harus menanggung hutang yang sangat banyak. Sampai-sampai dia tidak bisa kembali ke Tokyo karena tidak punya ongkos.

Oleh karena itu ketika dikabari bahwa Ibunya meninggal (karena sakit yang tidak diberitahukan pada Yukio), dengan sangat menyesal Yukio tidak bisa langsung pulang karena memang benar-benar tidak punya uang. Sedih banget pokoknya hiks.

Semua orang mengira Yukio marah pada saudara perempuannya karena tidak dikabari tentang kondisi Ibunya sejak sakit. Namun siapa sangka ternyata memendam bebannya sendirian tak seorang pun tahu bagaimana kabarnya bahkan ketika Ibunya meninggal.

Yukio kembali ke Tokyo begitu mendapatkan uang, dan memutuskan mengunjungi Funiculi Funicula untuk bisa menemui ibunya beberapa waktu sebelum beliau sakit. Awalnya Yukio ingin meminta maaf dan mengucapkan terimakasih untuk terakhir kalinya, karena ia punya niat untuk bunuh diri setelah menemui ibunya di masa lalu.

Namun siapa sangka justru sekembalinya dari masa lalu Yukio justru mendapatkan pelajaran besar nan berharga.

Impianku menjadi pengrajin tembikar membuatku menderita sekian lama karena aku tidak kunjung diakui, dan terjebak dalam impian untuk sukses. Aku ditipu, merasa aku sendiri yang menghadapi kemalangan seperti itu. Namun, aku hampir memberi Ibu penderitaan yang lebih daripada itu. Akan akan hidup apapun yang terjadi. Demi Ibu, yang sampai akhir tidak pernah berhenti mendoakan kebahagiaanku..

Semua cerita selalu bikin sedih dan yang paling menyedihkan menurut saya adalah si Yukio dan juga kisah seorang detektif di bagian akhir buku.

Namun kesedihan sang detektif tersebut justru memberikan pelajaran bagi Kazu, penyaji kopi panas yang bisa mengantarkan pelanggannya ke masa lalu. Selama ini Kazu tampak sebagai sosok yang dingin, tak kenal ampun, dan mungkin juga tak punya belas kasih. Meskipun jauh tanpa disadari, Kazu adalah gadis cantik yang memikirkan kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan kebahagiaannya sendiri.

Teman-teman akan diajak untuk merenungi arti hidup, arti kebahagiaan dan bagaimana memaknai kehilangan.

Meskipun saya belum berada di posisi seseorang yang kehilangan orang yang paling dicintai, namun satu pesan dari buku Funiculi Funicula kedua ini akan selalu saya pegang nantinya;

Kalau mulai sekarang kau bahagia, tujuh puluh hari nyawa anak itu berarti dipakai untuk kebahagiaanmu. Dengan begitu, nyawanya jadi bermakna. Kaulah yang memberi nyawa anak itu makna. Karena itulah, kau harus bahagia. Yang paling mengharapkan kebahagiaanmu adalah anak itu.

Dengan kata lain, cara kita menjalani hiduplah yang menciptakan kebahagiaan orang yang telah meninggalkan kita.

 

Judul asli : Kono Uso Ga Barenai Uchi Ni oleh Toshikazu Kawaguchi

Gramedia, Cetakan ketiga Desember 2022, 200 halaman.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *