Home » Cerita Pendek Sumur, Karya Eka Kurniawan

Cerita Pendek Sumur, Karya Eka Kurniawan

cerita pendek sumur

Tidak berselang lama saat film Seperti Dendam Rindu Dibayar Tuntas tayang di bioskop tanah air dan mendapat sambutan positif dari banyak penonton, Eka Kurniawan selaku penulis dari novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, kembali mengumumkan―melalui akun media sosialnya―bahwa satu lagi karyanya juga akan diangkat ke layar lebar.

Karya Eka Kurniawan yang selanjutnya akan diangkat ke layar lebar adalah sebuah cerpen berjudul ‘Sumur’. Cerpen karya Eka Kurniawan tersebut pertama kali terbit dalam bahasa Inggris di buku antologi Tales of Two Planets dengan judul The Well dan diterbitkan oleh Penguin Books pada tahun 2020.

Sinopsis Cerita Pendek Sumur

Sumur bercerita tentang sebuah desa yang kering kerontang karena terdampak perubahan iklim. Sumur-sumur mengering, air menjadi barang yang sulit didapatkan, sawah dan kebun pun tidak lagi bisa diharapkan hasilnya.

Karena kondisi itu, warga yang bermukim di desa tersebut tidak hanya kehilangan mata pencaharian, tetapi juga mulai merasakan keresahan dalam menjalani hidup. Ada marah, kecewa, dan kebingungan yang kemudian tumpah dalam bentuk duel sesama warga yang sama-sama mulai kehilangan harapan.

Dari entah berapa banyak warga yang ada di desa tersebut, ada Toyib dan Siti. Sepasang anak manusia yang saling jatuh cinta sejak kecil, tetapi menemui kesulitan dalam menjalani hubungan karena sekat tragedi masa lalu yang masih menyesakkan dada.

Saat kehidupan di desa semakin memprihatinkan, anak muda desa termasuk juga Siti, memilih merantau. Meninggalkan desa, keluarga, dan cintanya. Di kota dia mencari sumber penghidupan baru. Toyib pun sempat ingin menyusul. Namun, lagi-lagi satu tragedi menghalangi niatnya. Dalam peliknya kehidupan, hubungan percintaan antara Toyib dan Siti berjalan dengan sangat muram.

cerita pendek sumur

pict from : jeyjingga.com

Review Sumur

Sebelum membahas perihal isi buku ini lebih jauh, terlebih dulu saya akan membahas mengenai bentuk fisiknya. Ukurannya cukup kecil dibanding buku pada umumnya. Dalam hal jumlah halaman pun kategorinya sangat tipis, hanya 50-an halaman. Wajar, karena buku ini memang hanya memuat satu cerita pendek. Meski berukuran kecil dan tipis, tetapi buku ini tetap tidak meninggalkan kesan mewahnya dengan ilustrasi sampul (depan dan belakang) karya Umar Setiawan yang begitu indah.

Sumur sebagaimana yang diangkat menjadi judul memang menjadi satu elemen penting dalam cerita di buku ini. Sumur hadir sebagai penggerak cerita. Ia menjadi saksi dari desa yang kekeringan, juga menjadi saksi dari peliknya kehidupan, dan muramnya kisah percintaan antara Toyib dan Siti. Di sumur, warga desa mencari sumber kehidupan, di sumur Toyib dan Siti berbagi cinta dalam diam, dan di sumur pulalah kepedihan mencapai klimaks sekaligus titik terdalamnya.

Jika dilihat secara utuh, cerita dalam Sumur menggambarkan tentang dampak atas perubahan iklim. Bukan hanya dampak dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam bentuk hubungan sosial antarmanusia. Tekanan kehidupan membuat amarah begitu mudah terpancing, kalap mata pun menjadi tidak terelakkan. Dampak perubahan iklim digambarkan bukan hanya menyerang fisik, tetapi juga psikis. Rasanya, saya ikut gelisah melihat warga desa yang mulai kehilangan harapan (digambarkan dengan satu per satu anak muda desa yang mulai merantau ke kota).

Satu-satunya hal yang terasa kurang dari novel ini adalah penggambaran detail akan keluarga Toyib dan Siti. Mereka sama-sama digambarkan punya adik, tetapi tidak begitu jelas bagaimana kehadiran para adik tersebut.

Sampai buku ini selesai saya baca, ada rasa marah dan prihatin akan apa yang dialami oleh Siti. Ia adalah perempuan murung yang dilanda kehilangan berulang kali. Dengan semangat hidup yang ia punya, ia telah berjuang. Namun kepolosannya, membuatnya terjatuh dalam kehidupan yang penuh tipuan. Hubungannya dengan Toyib adalah kisah cinta murung.

Mereka saling mencintai, lantas menjalani rasa cinta tersebut dengan sikap dingin, percakapan yang pelit, dan tatapan yang dicuri-curi. Endingnya memang menyesakkan, tetapi di situlah letak momen memorable dari cerpen ini.

Jika nanti dialihwahanakan menjadi film, film tersebut rasanya sayang untuk dilewatkan. So, mari kita tunggu!

Sumur

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 51 Halaman

Tahun Terbit: 2021

 

Author :

Seorang ibu yang suka membaca dan sedang belajar menulis. Blasteran Jawa-Toraja, yang bisa disapa lewat IG dan Twitter @utamyyningsih