Home » Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia dan Perubahan PUEBI ke EYD

Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia dan Perubahan PUEBI ke EYD

Ketika muncul pemberitahuan bahwa PUEBI kembali menggunakan istilah EYD, hal yang kemudian dicari tahu oleh kebanyakan orang adalah apa saja perubahan dalam EYD Edisi V? Di luar itu, kabar terkait perubahan ini pun cukup mengejutkan. Baru saja masyarakat mulai akrab dengan PUEBI, eh malah dibawa “balikan” dengan EYD.

Dalam perjalanannya, sebelum perubahan PUEBI ke EYD Edisi V, aturan atau panduan bahasa Indonesia memang sudah beberapa kali mengalami perubahan. Jadi, bisa dibilang ada sejarah panjang sebelum lahirnya EYD Edisi V.

Sebelum tahu apa saja perubahan dalam EYD Edisi V kita simak dulu sejarah perjalanan perubahannya, yuk!

Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia

#1 Ejaan van Ophuijsen

Dari nama ejaannya, kita sudah bisa menebak bahwa ejaan ini pasti ada kaitannya dengan orang Belanda. Yup, van Ophuijsen atau lebih lengkapnya Charles van Ophuijsen adalah orang yang ditugasi oleh Pemerintah Belanda untuk menstandarkan aksara Latin bahasa Melayu.

Dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer, seorang guru dan tokoh pendidik dari Minangkabau dan Moh. Taib Sultan Ibrahim, Charles van Ophuijsen membakukan ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan van Ophuijsen yang ditulis dalam buku berjudul Kitab Logat Melajoe.

Adapun ciri khas ejaan ini adalah penggunan huruf j dibaca y, penggunaan huruf oe dibaca u, dan penggunaan tanda diakritik, meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan trema (¨).

#2 Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

Dua tahun pasca kemerdekaan, pemerintah mulai memperkukuh ejaan bahasa Indonesia. Tepatnya pada 19 Maret 1947, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi ditetapkan sebagai ejaan baru, menggantikan ejaan sebelumnya.

Ejaan Republik dipakai sebagai nama karena ejaan ini ditetapkan setelah kemerdekaan. Sementara Soewandi diambil dari nama Mr. Raden Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan.

Adapun yang menjadi penanda dari Ejaan Republik/Ejaan Soewandi adalah penggantian huruf oe menjadi u, bunyi sentak ditulis dengan k, kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, dan tidak ada perbedaan antara penulisan di- sebagai awalan dengan di- sebagai kata depan.

#3 EYD

16 Agustus 1972, EYD disahkan langsung oleh Presiden Soeharto saat menyampaikan pidato kenegaraan. Lalu, tepat pada tanggal 12 Oktober 1972, panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Depertemen Pendidikan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) dilengkapi penjelasan terkait kaidah pengguanaan yang lebih detail dan luas dibandingkan ejaan sebelumnya.

Selanjutnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI). Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tertanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975.

#4 EYD Edisi II – PUEBI Edisi IV

EYD kemudian mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan pertama terjadi pada tahun 1987 (EYD Edisi II). Setelah itu, pada tahun 2009 kembali mengalami perubahan dengan nama PUEYD Edisi III. Lalu, pada tahun 2015 melalui Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015, ejaan bahasa Indonesia diberi nama baru, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Edisi IV.

#5 EYD Edisi V

Setelah masyarakat mulai terbiasa dengan PUEBI, kenyataan ternyata membawa kita untuk kembali pada istilah EYD. Bertepatan dengan 50 tahun EYD yang diresmikan pada masa orde baru, 16 Agustus 2022, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, meluncurkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Edisi V.

Pemutakhiran EYD tersebut pun telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Nomor 0424/I/BS.00.01/2022.

Nah, setelah mengenal sejarah singkat ejaan bahasa Indonesia, sekarang kita masuk ke hal penting lainnya. Apa itu? Apa lagi kalau bukan perihal perubahan PUEBI ke EYD Edisi V atau apa saja yang berubah dari PUEBI ke EYD Edisi V.

Untuk tahu apa saja perubahannya, yuk simak terus artikel ini sampai selesai!

Perubahan PUEBI ke EYD Edisi V

#1 Monoftong

Perubahan PUEBI ke EYD Edisi V yang pertama adalh penambahan kaidah gabungan huruf vokal atau monoftong. Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal eu yang dilafalkan [ɘ].

Contoh:

Seudati, sadeu, eurih.

#2 Kaidah Penulisan Bentuk Terikat Maha

Penulisan bentuk terikat maha-, bentuk terikat maha- dan kata dasar atau berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan, misalnya, Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih.

#3 Kaidah Penulisan Sapaan dalam Bentuk Ulang

Kata sapaan dalam bentuk ulang dituliskan dengan huruf kapital pada kedua huruf awal kata.

Contoh: Selamat Pagi, Anak-Anak!

#4 Kaidah Penulisan Bilangan Dua Kata

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.

Sebaliknya, jika dalam penyebutannya lebih dari satu kata, ditulis dengan angka.

Contoh:

  • Koleksi pribadi saya lebih dari seribu buku.
  • Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.

#5 Penambahan Kaidah Penggunaan Kata Ganti Kau

Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.

Contoh: Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kaukatakan.

#6 Pemindahan Kaidah dari PUEBI ke PUPI

Pemindahan kaidah, yaitu tentang penulisan unsur serapan berupa imbuhan yang semula ada di PUEBI atau diatur dalam ejaan, dipindah ke Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).

Demikianlah sejarah singkat ejaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu dan perubahan PUEBI ke EYD Edisi V. Perubahan yang tertera dalam tulisan ini masih sebagian kecil dari sederet perubahan PUEBI ke EYD Edisi V ya, Gaes.

Untuk mengetahui perubahan lebih lengkapnya, Teman-Teman bisa langsung mengunjungi laman resmi ejaan.kemdikbud.go.id. Seperti halnya membiasakan diri dengan PUEBI, kita pun tentu butuh waktu untuk bisa mengakrabkan diri dengan EYD Edisi V.

Ya, anggap saja kita lagi dalam proses pendekatan sebelum akhirnya jadian, hihihi. Oke, Gaes. Selamat menyelami EYD Edisi V, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *